Selasa, 03 Mei 2016

10. AKU BERADA KEMBALI
(Chairil Anwar)
Aku berada kembali. Banyak yang asing:
air mengalir tukar warna,kapal kapal,
elang-elang
serta mega yang tersandar pada khatulistiwa lain;
rasa laut telah berubah dan kupunya wajah
juga disinari matari lain.
Hanya
Kelengangan tinggal tetap saja.
Lebih lengang aku di kelok-kelok jalan;
lebih lengang pula ketika berada antara
yang mengharap dan yang melepas.
Telinga kiri masih terpaling
ditarik gelisah yang sebentar-sebentar
seterang
guruh


9. Sungai Musi
(Ajip Rosidi)

Malam-malam: menyusuri Musi
Bulat bulan tenggelam dalam sekali
Yang ku tangkap dari keruh kali
wahai-mengendap!
Kau tahu, saudaraku? Derum stempel
ujungnya menusuk ombak. Membelah kalam di muka
Jung-jung rakit berdesak sempoyongan pergi
berkayuh dengan gapai dayung jadi
menyusup kabut yang enggan berganti!
Gemerlap lampu-lampu, penerang gubuk-gubukmu
Bermain di permukaan arus ! Dan hati tak mau tembus
Di sini pada mulanya tersendat berhenti!
Kala kota: masih bernapas sesekali
Spada! Seorang lelaki menjejak tepi


8. Sahabatku
(Soekri St.)

Papa,
Sebelum pesta berlangsung
Izinkan aku menengok ke belakang
Di sana sahabatku yang miskin
Hidup dengan berjualan koran

Papa,
Dia teman sekelasku
Juga lulus dalam ujian
Nilainya yang tinggi
Sangat kusayangkan

Kini
Aku minta kesediaan Papa
Menyerahkan biaya pestaku
Untuk meringankan ongkos masuk
Sahabatku di SMA


7. Untukmu Bapakku
(Ning Supriyantono)


Mawar putih nan suci
Bau harum semerbak
Kupersembahkan untukmu, Bapakku
Kasih sayang... cinta kasih... dan bimbingan...
Tlah kau alirkan dalam nadiku

Minggu itu... kelabu
Wajah pucat pasi di hadapanku
Kau... tlah tinggalkan aku
Air mata tak mampu terurai
Begitu menyengat berita

Kakiku berat tuk melangkah
Tanganku tiada kuasa tuk menyentuh
Wajah putih nan beku
Membujur... biru... kaku

6. CINTA SEJATI
(Kahlil Gibran)

Sejak kehadiranmu hingga kini
Ruang hatiku beraroma wangi
Buaian bunga-bunga rindu menari
Yang kau tinggalkan dihati
Makin hari bersemi
Tanpa layu senyum ini
Tersirami cinta suci
Darimu kekasih hati
Jangan biarkan aku sendiri
Kuhanya ingin memiliki
Dirimu seutuhnya cinta sejati
Menjadi harga mati tak tertawar lagi
Andai ada pengganggu hati
Hati ini tegas menghadapi
Janganlah engkau ragu lagi
Hati ini milikmu abadi


5. Sebuah Jaket Berlumur Darah

(Taufik Ismail)


Sebuah jaket berlumur darah
Kami semua telah menatapmu
Telah pergi duka yang agung
Dalam kepedihan bertahun-tahun.

Sebuah sungai membatasi kita
Di bawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur baja
Akan mundurkah kita sekarang
Seraya mengucapkan ’Selamat tinggal perjuangan’
Berikara setia kepada tirani
Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?.

Spanduk kumal itu, ya spanduk itu
Kami semua telah menatapmu
Dan di atas bangunan-bangunan
Menunduk bendera setengah tiang.

Pesan itu telah sampai kemana-mana
Melalui kendaraan yang melintas
Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan
Teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa
Prosesi jenazah ke pemakaman
Mereka berkata
Semuanya berkata
Lanjutkan Perjuangan.

4. Nyanyian Jiwa

(Fauzi Arifin)

Akulah hati yang bimbang

Oleh petuah dan ajaran

Akulah rindu yang melata

Di bumi berkalung duka lara

Akulah sepi yang mengaji

Bertengger di keluasan jagat raya

Akulah burung yang berkulik itu

Berkabar tentang diri yang ada

Akulah gelisah yang terjaga

Mabuk dan menari separuh irama

Akulah lirik dan lagunya

Meratap menggemakan takbir di sudut-sudut dunia

Sumber : http://pengetahuanwawasanz.blogspot.co.id/2014/08/kumpulan-teks-puisi-disertai.html
3. KEHIDUPAN
 (Chairil Anwar)
Hari hari lewat, pelan tapi pasti
Hari ini aku menuju satu puncak tangga yang baru
Karena aku akan membuka lembaran baru
Untuk sisa jatah umurku yang baru
Daun gugur satu-satu
Semua terjadi karena ijin Allah
Umurku bertambah satu-satu
Semua terjadi karena ijin Allah
Tapi… coba aku tengok kebelakang
Ternyata aku masih banyak berhutang
Ya, berhutang pada diriku
Karena ibadahku masih pas-pasan
Kuraba dahiku
Astagfirullah, sujudku masih jauh dari khusyuk
Kutimbang keinginanku….
Hmm… masih lebih besar duniawiku
Ya Allah
Akankah aku masih bertemu tanggal dan bulan yang sama di tahun depan?
Akankah aku masih merasakan rasa ini pada tanggal dan bulan yang sama di tahun depan?
Masihkah aku diberi kesempatan?
Ya Allah….
Tetes airmataku adalah tanda kelemahanku
Rasa sedih yang mendalam adalah penyesalanku
Astagfirullah…
Jika Engkau ijinkan hamba bertemu tahun depan
Ijinkan hambaMU ini, mulai hari ini lebih khusyuk dalam ibadah…
Timbangan dunia dan akhirat hamba seimbang…
Sehingga hamba bisa sempurna sebagai khalifahMu…
Hamba sangat ingin melihat wajahMu di sana…
Hamba sangat ingin melihat senyumMu di sana…
Ya Allah,

2. DEBU

(Emha Ainun Nadjib)


Debu yang menempel di keningmu

Biarkan, jangan diusap

Jika usai rakaat terakhir

Teruskan berdzikir


Disuruh oleh Allah butir-butir debu itu

Agar menyerap kotoran dari gumpalan otakmu

Jika telah penuh muatannya

Akan tanggal dengan sendirinya

Nanti pikiranmu mengkaca benggala

Beningnya tak terbilang kata

Cahaya Allah menembusnya

Memantul darimu ke wajah buram dunia


Kalau engkau bersujud hingga rakaat tak terhingga

Wajahmu sirna, menjelma cahaya

Kepada para malaikat, alam dan manusia

Tak bisa kau sodorkan apa pun kecuali cahaya


Cahaya hanya satu

Namanya satu

Kau dengar Allah menyapa, Muhammad menyapa

Dari dalam diri, yang bukan lagi pribadi 


1. GEMBALA
(M.Yamin)
Perasaan siapa ta’kan nyala
Melihat anak berlagu dendang
Seorang saja di tengah padang
Tiada berbaju buka kepala
Beginilah nasib anak gembala
Berteduh di bawah kayu nan rindang
Semenjak pagi meninggalkan kandang
Pulang ke rumah di senja kala
Jauh sedikit sesayup sampai
Terdengar olehku bunyi serunai
Melagukan alam nan molek permai
Wahai gembala di segara hijau
Mendengarkan puputmu
Menurutkan dikau
Sumber: http://pulaunee.blogspot.co.id/2011/02/contoh-puisi-baru-berbagai-sumber.html?view=mosaic