Senin, 09 November 2015

MASALAH GENERASI MUDA

Remaja adalah masa di mana seorang individu mengalami peralihan dari masa anak-anak menuju ke dewasa. Sebelum dewasa individu akan mengalami masa dimana terjadi peralihan untuk benar-benar mematangkan dirinya menuju masa dewasa. Dewasa ini masa remaja di sebut-sebut masa yang paling rawan dihadapi individu sebagai anak. Dari yang tadinya anak-anak mereka mengalami perkembangan secara fisik maupun psikis dengan  beberapa perubahan. Orang tua yang memiliki anak tentu akan menghadapi hal ini di kala membesarkan anak mereka, anak yang beranjak remaja akan mengalami perubahan sesuai dengan pertumbuhan norma seorang anak. Kaitannya masa remaja disebut sebagai masa yang rawan adalah ancaman
yang mengintai anak yang beranjak remaja yaitu „kenakalan remaja.
Kenakalan tadi bisa disebut sebuah penyimpangan yang dilakukan oleh anak remaja yang mengakibatkan masalah dalam masyarakat. Penyebab dari kenakalan remaja tidak hanya satu ataupu dua penyebab saja, pada dasarnya remaja akan membentuk suatu kelompok sendiri, yang memiliki kesamaan tertentu yang pada akhirnya akan menjadi identitas. Hal ini sesuai dengan  pandangan Erikson bahwa dalam masa remaja, remaja berusaha untuk melepaskan diri dari milieu orang tua dengan maksud untuk menemukan dirinya, dan prosesnya tersebut dikatakan sebagai proses mencari identitas ego.
            Kartini Kartono mengatakan remaja yang nakal itu disebut pula sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh  pengaruh sosial yang ada ditengah masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat sebagai suatu kelainan dan disebut “kenakalan”. Kasus-kasus yang terjadi pada dewasa ini oleh para remaja rata-rata kasus yang menyangkut pada tindakan penyimpangan moral. Kasus yang paling sederhana seperti bolos sekolah, lebih jauh lagi adalah kasus pembunuhan. Walaupun kasus yang sederhana lebih banyak dilakukan dan kasus yang besar tidak terlalu namun justru kasus-kasuk yang sederhana tadi yang bisa  berdampak pada masyarakat dan keluarga. Sebagai contoh remaja yang membolos tanpa sepengetahuan dari keluarga atau orang tua akan melakukan tindakan yang menyimpang di luar sekolah karena merasa bebas dan tidak diatur, penyimpangan yang sederhana ini bisa jadi penyimpangan yang lebih  besar jika dilakukan terus-menerus. Remaja yang membolos akhirnya menghabiskan waktu membolosnya dengan pergi ke warnet untuk mengakses situs porno dan terpengaruh dengan apa yang dilihatnya sehingga remaja tadi melakukan tindakan yang melanggar norma asusila yang berujung pada  perbuatan pemerkosaan. Itu bisa terjadi jika penyimpangan sederhana di abaikan begitu saja. Pada masa remaja, remaja cenderung lebih senang berkumpul diluar rumah, lebih sering membantah orang tua, ingin menonjolkan diri dan kurang  pertimbangan. Di usian ini, remaja biasanya mudah terpengaruh lingkungan           
Dapat dikatakan inilah yang melandasi terjadinya kenakalan remaja secara  psikologis. Jika di biarkan berlarut-larut maka kenakalan remaja bisa menjadi  permasalahan yang kompleks di masyarakat yang berujung menjadi penyakit sosial.

 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja
Faktor yang menyebabkan terjadinya kenakalan remaja secara umum dapat dikelompokan ke dalam dua faktor, yaitu sebagai berikut:
     1.      Faktor Intern
      a)     Faktor Kepribadian
          Kepribadian adalah  suatu organisasi yang dinamis pada system psikosomatis dalam individu yang turut menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya (biasanya disebut karakter psikisnya).  Masa remaja dikatakan sebagai suatu masa yang berbahaya. Pada periode ini, seseorang meninggalkan masa anak-anak untuk menuju masa dewasa. Masa ini di rasakan sebagai suatu Krisis identitas karena belum adanya pegangan, sementara kepribadian mental untuk menghindari timbulnya kenakalan remaja atau perilaku menyimpang.

      b)     Faktor Kondisi Fisik
          Faktor ini dapat mencakup segi cacat atau tidaknya secara fisik dan segi jenis kelamin. Ada suatu  teori yang menjelaskan adanya kaitan antara cacat tubuh dengan tindakan menyimpang (meskipun teori ini belum teruji secara baik dalam kenyataan hidup).  Menurut teori ini, seseorang yang sedang mengalami cacat fisik cenderung mempunyai rasa kecewa terhadap kondisi hidupnya. Kekecewaan tersebut apabila tidak disertai dengan pemberian bimbingan akan menyebabkan si penderita cenderung berbuat melanggar tatanan hidup bersama sebagai  perwujudan kekecewaan akan kondisi tubuhnya.


      c)     Faktor Status dan Peranannya di Masyarakat
          Seseorang anak yang pernah berbuat menyimpang terhadap hukum yang berlaku, setelah selesai menjalankan proses sanksi hukum (keluar dari penjara), sering kali pada saat kembali ke masyarakat status atau sebutan “eks narapidana” yang diberikan oleh masyarakat sulit terhapuskan sehingga anak tersebut kembali melakukan tindakan penyimpangan hukum karena meresa tertolak dan terasingkan.

     2.      Faktor Ekstern
      a.       Kondisi Lingkungan Keluarga
          Khususnya di kota-kota besar di Indonesia, generasi muda yang orang tuanya disibukan dengan kegiatan bisnis sering mengalami kekosongan batin karena bimbingan dan kasih sayang langsung dari orang tuanya sangat kurang. Kondisi orang tua yang lebih mementingkan karier daripada perhatian kepada anaknya akan menyebabkan munculnya perilaku menyimpang terhadap anaknya. Kasus kenakalan remaja yang muncul pada keluarga kaya bukan karena kurangnya kebutuhan materi melainkan karena kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua kepada anaknya.

     b.      Kontak Sosial dari Lembaga Masyarakat Kurang Baik atau Kurang Efektif
          Apabila system pengawasan lembaga-lembaga sosial masyarakat terhadap pola perilaku anak muda sekarang kurang berjalan dengan baik, akan memunculkan tindakan penyimpangan terhadap nilai dan norma yang berlaku. Misalnya, mudah menoleransi tindakan anak muda yang menyimpang  dari hukum atau norma yang berlaku, seperti mabuk-mabukan yang dianggap hal yang wajar, tindakan perkelahian antara anak muda dianggap hal yang biasa saja. Sikap kurang tegas dalam menangani tindakan penyimpangan perilaku ini akan semankin meningkatkan kuantitas dan kualitas tindak penyimpangan di kalangan anak muda.

      c.       Kondisi Geografis atau Kondisi Fisik Alam
          Kondisi alam yang gersang, kering, dan tandus, dapat juga menyebabkan terjadinya tindakan yang menyimpang dari aturan norma yang berlaku, lebih-lebih apabila individunya bermental negative. Misalnya, melakukan tindakan pencurian dan mengganggu ketertiban umum, atau konflik yang bermotif memperebutkan kepentingan ekonomi.         

      d.     Faktor Kesenjangan Ekonomi dan Disintegrasi Politik
          Kesenjangan ekonomi antara orang kaya dan orang miskin akan mudah memunculkan kecemburuan sosial dan bentuk kecemburuan sosial ini bisa mewujudkan tindakan perusakan, pencurian, dan perampokan. Disintegrasi politik (antara lain terjadinya konflik antar partai politik atau terjadinya peperangan antar kelompok dan perang saudara) dapat mempengaruhi jiwa remaja yang kemudian bisa menimbulkan tindakan-tindakan menyimpang.

      e.       Faktor Perubahan Sosial Budaya yang Begitu Cepat (Revolusi)
          Perkembangan teknologi di berbagai bidang khususnya dalam teknologi komunikasi dan hiburan yang mempercepat arus budaya asing yang masuk akan banyak mempengaruhi pola tingkah laku anak menjadi kurang baik, lebih-lebih anak tersebut belum siap mental dan akhlaknya, atau wawasan agamanya masih rendah sehingga mudah berbuat hal-hal yang menyimpang dari tatanan nilai-nilai dan norma yang berlaku



POTENSI
Remaja memiliki potensi besar dalam dirinya, namun jika potensi itu disalahgunakan akan membuat remaja menjadi sampah masyarakat. Sebaliknya, jika potensi yang dimiliki remaja disalurkan dengan baik maka mereka akan membawa perubahan dan penentu nasib bangsa. Remaja di jaman sekarang identik dengan kenakalan remaja dan hal-hal negatif, semisal seks bebas, narkoba, tawuran, pencurian dan lainnya. Sangat sedih memang, tetapi itu adalah fakta yang terjadi pada sebagian besar remaja Indonesia.
Sebuah lembaga penelitian menyebutkan bahwa 45% dari tujuh ratus remaja SMP di kota Surabaya mempunyai persepsi hubungan suami-istri di luar nikah adalah hal yang wajar ketika pacaran. Lebih mengerikan lagi, 15 % remaja SMP menyatakan pernah berhubungan seks. Fakta lain menyebutkan lebih dari 90% isi handphone para remaja diisi dengan video dan gambar porno.
Belum lagi, remaja bangsa ini sudah mengikuti budaya barat yang penuh dengan hura-hura alias hedonisme. Persaingan antar siswa dalam masalah harta sudah terjadi, semisal kendaraan pribadi, handphone, laptop dan lainnya. Belum lagi ditambah dengan kasus tawuran yang sering terjadi di kota besar dan kota kecil, semisal di Jakarta saja dalam setahun terjadi lebih dari seratus kasus tawuran pelajar.

PERANAN

Keluarga yang harmonis sangat menentukan untuk menciptakan lingkungan yang baik dalam suasana kekeluargaan dan menjadi pusat ketenangan hidup. Keluarga berfungsi sebagai pusat kehidupan dan kebudayaan. Untuk mencapai tujuan itu perlua diusahakan/dilakukan:
·         Memberi tugas yang sesuai dengan kemampuan anak.
·         Mendorong minat anak untuk mengembangkan bakat
·         Menciptakan suasana yang edukatif, yaitu dengan membiasakan anak sejak kecil untuk membaca buku- buku yang bermutu, dan perlu mengontrol bacaan- bacaan yang dapat merugikan perkembangan jiwa.
·         Melatih hidup untuk disiplin diri sejak kecil, tanpa  perlu menggunakan kekerasan atau paksaan yang mengakibatkan jiwa anak menjadi kerdil.
·         Memperhatikan kebutuhan rekreasi bersama secara sederhana tanpa mengurangi keakraban.
·         Kesempatan yang cukup untuk mengadakan dialog untuk saling terbuka antar sesama anggota keluarga.
·         Agar tidak terjerumus dalam “kesibukan” atau rutinisme perlu dibuat jadwal untuk acara keluarga.
·         Menanamkan nilai-nilai religius, misalnya ibadah keluarga setiap hari sebagai santapan rohani.



Nuclear family, yaitu lengkapnya struktur keluarga, sehingga terdapat keutuhan dalam interaksi. Masing-masing dari orang tua harus ada kesefahaman tentang norma-norma yang harus dianut untuk pendidikan anak, sehingga tidak membingungkan atau menimbulkan konflik. Perlu ada saling pengertian dan saling membantu dalam melaksanakan tugas tanggung jawab dalam hal ini tugas orang tua sebagai pendidik.
·         Peranan Ayah dapat dirumuskan:
a. Sumber kekuasaan, dan dasar identifikasi
b. Bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan keluarga
c. Pelindung ancaman dari luar
d. Penghubung dunia luar
e. Pendidik dari segi “rasional”

·         Peranan Ibu dapat dirumuskan:
a. Pemberi rasa aman, sumber kasih sayang 
b. Tempat mencurahkan isi hati (peranan ayah pula)
c. Pengatur kehidupan rumah tangga
d. Pembimbing kehidupan rumah tangga  
e. Pendidik segi emosional
f. Penyimpan tradisi  
d. Memberikan bimbingan sebagai: Usaha untuk menemukan, menganalisa, dan     memecahkan kesulitan yang dihadapi anak dalam hidupnya.

Jadi tugas orang tua    adalah:
·         Berusaha mengerti pribadi anak-anaknya.
·         Memupuk kesanggupan untuk menolong diri sendiri dalam mengatasi masalah.
·         Untuk mengembangkan potensi/bakat anak yang ada.
·         Membimbing untuk mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitarnya.
·         Membimbing kepada kepada ketaatan dan kasih, nilai-nilai, agama dan moral


Lingkungan sekolah Lingkungan sekolah seharusnya juga dapat berkontribusi untuk  penanggulangan kenakalan remaja dengan menciptakan suasana  belajar yang dapat memicu kreatifitas dari murid-murid secara lebih sehingga potensi remaja dalam melakukan penyimpangan dapat tercegah dengan kegiatan yang lebih bermanfaat di sekolah. Lebih lanjut sekolah pun juga berkoordinasi dengan orang tua murid untuk saling memantau apa yang dilakukan murid sehingga  jika ada indikasi penyimpangan akan cepat tertangani. 3.

Masyarakat Untuk masyarakat walaupun di masa era postmodern ini, fungsi masyarakat terganggu oleh budaya individualis, namun meski  begitu masyarakat perlu lah tetap disosialisasikan untuk kemungkinan-kemungkinan yang tidak terduga. Sehingga masyarakat perlu bertindak pengawasan dan tindakan yang tegas  jika memang diperlukan untuk dapat mencegah adanya kenakalan remaja.


KESIMPULAN
Berikut point-point dari pembahasan kali ini, untuk kesimpulannya:
1.      Remaja adalah masa di mana seorang individu mengalami peralihan dari masa anak-anak menuju ke dewasa.
2.      Kaitannya masa remaja disebut sebagai masa yang rawan adalah ancaman yang mengintai anak yang beranjak remaja yaitu kenakalan remaja.
Kenakalan tadi bisa disebut sebuah penyimpangan yang dilakukan oleh anak remaja yang mengakibatkan masalah dalam masyarakat.
3.      Kenakalan remaja di sebabkan oleh dua hal utama yaitu factor internal psikologis dari remaja dan juga factor eksternal kondisi sosiologis atau lebih kepada lingkungan.
4.      Paradigma yang relevan untuk permasalah kenakalan remaja adalah fakta sosial dam tindakan sosial.
5.      Penanggulanga kenakalan remaja dapat dilakukan dari segi sosiologis yaitu dengan tiga hal utama yang harus diperhatikan keadaan keluarga, lingkungan sekolah dan masyarakat



SARAN
Sebagai mahasiswa penulis menyarankan agar seluruh elemen masyarakat untuk turut serta berpartisipasi dalam pengawasan terhadap remaja. Penulis mengharapkan tidak hanya keluarga dan sekolah saja yang melakukan pengawasan itu, namun seharusnya masyarakat juga peka terhadap lingkungan sekitar, sehingga kenakalan remaja bisa ditanggulangi secara lebih baik dan di cegah. Tidak hanya itu penulis juga menyarankan untuk ada nya sosialisasi yang lebih baik dari sekolah dan pemerintah pada remaja agar tidak melakukan tindakan penyimpangan.



Sumber :