MASALAH GENERASI MUDA
Remaja adalah masa di mana seorang individu mengalami peralihan dari
masa anak-anak menuju ke dewasa. Sebelum dewasa individu akan mengalami masa
dimana terjadi peralihan untuk benar-benar mematangkan dirinya menuju masa
dewasa. Dewasa ini masa remaja di sebut-sebut masa yang paling rawan dihadapi
individu sebagai anak. Dari yang tadinya anak-anak mereka mengalami
perkembangan secara fisik maupun psikis dengan
beberapa perubahan. Orang tua yang memiliki anak tentu akan menghadapi
hal ini di kala membesarkan anak mereka, anak yang beranjak remaja akan
mengalami perubahan sesuai dengan pertumbuhan norma seorang anak. Kaitannya
masa remaja disebut sebagai masa yang rawan adalah ancaman
yang
mengintai anak yang beranjak remaja yaitu „kenakalan remaja‟.
Kenakalan tadi bisa disebut sebuah penyimpangan yang dilakukan oleh anak
remaja yang mengakibatkan masalah dalam masyarakat. Penyebab dari kenakalan
remaja tidak hanya satu ataupu dua penyebab saja, pada dasarnya remaja akan
membentuk suatu kelompok sendiri, yang memiliki kesamaan tertentu yang pada
akhirnya akan menjadi identitas. Hal ini sesuai dengan pandangan Erikson bahwa dalam masa remaja,
remaja berusaha untuk melepaskan diri dari milieu orang tua dengan maksud untuk
menemukan dirinya, dan prosesnya tersebut dikatakan sebagai proses mencari
identitas ego.
Kartini Kartono mengatakan remaja
yang nakal itu disebut pula sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat
mental disebabkan oleh pengaruh sosial
yang ada ditengah masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat
sebagai suatu kelainan dan disebut “kenakalan”. Kasus-kasus yang terjadi pada
dewasa ini oleh para remaja rata-rata kasus yang menyangkut pada tindakan
penyimpangan moral. Kasus yang paling sederhana seperti bolos sekolah, lebih
jauh lagi adalah kasus pembunuhan. Walaupun kasus yang sederhana lebih banyak
dilakukan dan kasus yang besar tidak terlalu namun justru kasus-kasuk yang
sederhana tadi yang bisa berdampak pada
masyarakat dan keluarga. Sebagai contoh remaja yang membolos tanpa
sepengetahuan dari keluarga atau orang tua akan melakukan tindakan yang
menyimpang di luar sekolah karena merasa bebas dan tidak diatur, penyimpangan
yang sederhana ini bisa jadi penyimpangan yang lebih besar jika dilakukan terus-menerus. Remaja
yang membolos akhirnya menghabiskan waktu membolosnya dengan pergi ke warnet
untuk mengakses situs porno dan terpengaruh dengan apa yang dilihatnya sehingga
remaja tadi melakukan tindakan yang melanggar norma asusila yang berujung pada perbuatan pemerkosaan. Itu bisa terjadi jika
penyimpangan sederhana di abaikan begitu saja. Pada masa remaja, remaja
cenderung lebih senang berkumpul diluar rumah, lebih sering membantah orang
tua, ingin menonjolkan diri dan kurang
pertimbangan. Di usian ini, remaja biasanya mudah terpengaruh lingkungan
Dapat
dikatakan inilah yang melandasi terjadinya kenakalan remaja secara psikologis. Jika di biarkan berlarut-larut
maka kenakalan remaja bisa menjadi
permasalahan yang kompleks di masyarakat yang berujung menjadi penyakit
sosial.
Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja
Faktor yang menyebabkan terjadinya kenakalan remaja
secara umum dapat dikelompokan ke dalam dua faktor, yaitu sebagai berikut:
1.
Faktor Intern
a) Faktor Kepribadian
Kepribadian
adalah suatu organisasi yang dinamis pada system psikosomatis dalam
individu yang turut menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan dirinya
dengan lingkungannya (biasanya disebut karakter psikisnya). Masa remaja
dikatakan sebagai suatu masa yang berbahaya. Pada periode ini, seseorang
meninggalkan masa anak-anak untuk menuju masa dewasa. Masa ini di rasakan
sebagai suatu Krisis identitas karena belum adanya pegangan, sementara
kepribadian mental untuk menghindari timbulnya kenakalan remaja atau perilaku
menyimpang.
b) Faktor Kondisi Fisik
Faktor
ini dapat mencakup segi cacat atau tidaknya secara fisik dan segi jenis
kelamin. Ada suatu teori yang menjelaskan adanya kaitan antara cacat
tubuh dengan tindakan menyimpang (meskipun teori ini belum teruji secara baik
dalam kenyataan hidup). Menurut teori ini, seseorang yang sedang
mengalami cacat fisik cenderung mempunyai rasa kecewa terhadap kondisi
hidupnya. Kekecewaan tersebut apabila tidak disertai dengan pemberian bimbingan
akan menyebabkan si penderita cenderung berbuat melanggar tatanan hidup bersama
sebagai perwujudan kekecewaan akan kondisi tubuhnya.
c) Faktor Status dan Peranannya di Masyarakat
Seseorang
anak yang pernah berbuat menyimpang terhadap hukum yang berlaku, setelah
selesai menjalankan proses sanksi hukum (keluar dari penjara), sering kali pada
saat kembali ke masyarakat status atau sebutan “eks narapidana” yang diberikan
oleh masyarakat sulit terhapuskan sehingga anak tersebut kembali melakukan
tindakan penyimpangan hukum karena meresa tertolak dan terasingkan.
2.
Faktor Ekstern
a. Kondisi
Lingkungan Keluarga
Khususnya
di kota-kota besar di Indonesia, generasi muda yang orang tuanya disibukan
dengan kegiatan bisnis sering mengalami kekosongan batin karena bimbingan dan
kasih sayang langsung dari orang tuanya sangat kurang. Kondisi orang tua yang
lebih mementingkan karier daripada perhatian kepada anaknya akan menyebabkan
munculnya perilaku menyimpang terhadap anaknya. Kasus kenakalan remaja yang
muncul pada keluarga kaya bukan karena kurangnya kebutuhan materi melainkan
karena kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua kepada anaknya.
b.
Kontak Sosial dari Lembaga Masyarakat Kurang Baik atau Kurang Efektif
Apabila
system pengawasan lembaga-lembaga sosial masyarakat terhadap pola perilaku anak
muda sekarang kurang berjalan dengan baik, akan memunculkan tindakan
penyimpangan terhadap nilai dan norma yang berlaku. Misalnya, mudah menoleransi
tindakan anak muda yang menyimpang dari hukum atau norma yang berlaku,
seperti mabuk-mabukan yang dianggap hal yang wajar, tindakan perkelahian antara
anak muda dianggap hal yang biasa saja. Sikap kurang tegas dalam menangani
tindakan penyimpangan perilaku ini akan semankin meningkatkan kuantitas dan
kualitas tindak penyimpangan di kalangan anak muda.
c. Kondisi
Geografis atau Kondisi Fisik Alam
Kondisi
alam yang gersang, kering, dan tandus, dapat juga menyebabkan terjadinya
tindakan yang menyimpang dari aturan norma yang berlaku, lebih-lebih apabila
individunya bermental negative. Misalnya, melakukan tindakan pencurian dan
mengganggu ketertiban umum, atau konflik yang bermotif memperebutkan
kepentingan ekonomi.
d. Faktor Kesenjangan Ekonomi dan Disintegrasi
Politik
Kesenjangan
ekonomi antara orang kaya dan orang miskin akan mudah memunculkan kecemburuan
sosial dan bentuk kecemburuan sosial ini bisa mewujudkan tindakan perusakan,
pencurian, dan perampokan. Disintegrasi politik (antara lain terjadinya konflik
antar partai politik atau terjadinya peperangan antar kelompok dan perang
saudara) dapat mempengaruhi jiwa remaja yang kemudian bisa menimbulkan
tindakan-tindakan menyimpang.
e. Faktor
Perubahan Sosial Budaya yang Begitu Cepat (Revolusi)
Perkembangan
teknologi di berbagai bidang khususnya dalam teknologi komunikasi dan hiburan
yang mempercepat arus budaya asing yang masuk akan banyak mempengaruhi pola
tingkah laku anak menjadi kurang baik, lebih-lebih anak tersebut belum siap
mental dan akhlaknya, atau wawasan agamanya masih rendah sehingga mudah berbuat
hal-hal yang menyimpang dari tatanan nilai-nilai dan norma yang berlaku
POTENSI
Remaja memiliki potensi besar dalam
dirinya, namun jika potensi itu disalahgunakan akan membuat remaja menjadi
sampah masyarakat. Sebaliknya, jika potensi yang dimiliki remaja disalurkan
dengan baik maka mereka akan membawa perubahan dan penentu nasib bangsa. Remaja
di jaman sekarang identik dengan kenakalan remaja dan hal-hal negatif, semisal
seks bebas, narkoba, tawuran, pencurian dan lainnya. Sangat sedih memang,
tetapi itu adalah fakta yang terjadi pada sebagian besar remaja Indonesia.
Sebuah lembaga penelitian menyebutkan
bahwa 45% dari tujuh ratus remaja SMP di kota Surabaya mempunyai persepsi
hubungan suami-istri di luar nikah adalah hal yang wajar ketika pacaran. Lebih
mengerikan lagi, 15 % remaja SMP menyatakan pernah berhubungan seks. Fakta lain
menyebutkan lebih dari 90% isi handphone para remaja diisi dengan video dan
gambar porno.
Belum lagi, remaja bangsa ini sudah
mengikuti budaya barat yang penuh dengan hura-hura alias hedonisme. Persaingan
antar siswa dalam masalah harta sudah terjadi, semisal kendaraan pribadi,
handphone, laptop dan lainnya. Belum lagi ditambah dengan kasus tawuran yang
sering terjadi di kota besar dan kota kecil, semisal di Jakarta saja dalam
setahun terjadi lebih dari seratus kasus tawuran pelajar.
PERANAN
Keluarga
yang harmonis sangat menentukan untuk menciptakan lingkungan yang baik dalam
suasana kekeluargaan dan menjadi pusat ketenangan hidup. Keluarga berfungsi
sebagai pusat kehidupan dan kebudayaan. Untuk mencapai tujuan itu perlua
diusahakan/dilakukan:
·
Memberi
tugas yang sesuai dengan kemampuan anak.
·
Mendorong
minat anak untuk mengembangkan bakat
·
Menciptakan
suasana yang edukatif, yaitu dengan membiasakan anak sejak kecil untuk membaca
buku- buku yang bermutu, dan perlu mengontrol bacaan- bacaan yang dapat
merugikan perkembangan jiwa.
·
Melatih
hidup untuk disiplin diri sejak kecil, tanpa
perlu menggunakan kekerasan atau paksaan yang mengakibatkan jiwa anak
menjadi kerdil.
·
Memperhatikan
kebutuhan rekreasi bersama secara sederhana tanpa mengurangi keakraban.
·
Kesempatan
yang cukup untuk mengadakan dialog untuk saling terbuka antar sesama anggota
keluarga.
·
Agar
tidak terjerumus dalam “kesibukan” atau rutinisme perlu dibuat jadwal untuk
acara keluarga.
·
Menanamkan
nilai-nilai religius, misalnya ibadah keluarga setiap hari sebagai santapan
rohani.
Nuclear family, yaitu lengkapnya struktur keluarga, sehingga terdapat
keutuhan dalam interaksi. Masing-masing dari orang tua harus ada kesefahaman
tentang norma-norma yang harus dianut untuk pendidikan anak, sehingga tidak
membingungkan atau menimbulkan konflik. Perlu ada saling pengertian dan saling
membantu dalam melaksanakan tugas tanggung jawab dalam hal ini tugas orang tua
sebagai pendidik.
·
Peranan
Ayah dapat dirumuskan:
a. Sumber kekuasaan, dan dasar identifikasi
b. Bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
c. Pelindung ancaman dari luar
d. Penghubung dunia luar
e. Pendidik dari segi “rasional”
·
Peranan
Ibu dapat dirumuskan:
a. Pemberi rasa aman, sumber kasih
sayang
b. Tempat mencurahkan isi hati (peranan ayah
pula)
c. Pengatur kehidupan rumah tangga
d. Pembimbing kehidupan rumah tangga
e. Pendidik segi emosional
f. Penyimpan tradisi
d. Memberikan
bimbingan sebagai: Usaha untuk menemukan, menganalisa, dan memecahkan kesulitan yang dihadapi anak
dalam hidupnya.
Jadi tugas orang tua adalah:
·
Berusaha
mengerti pribadi anak-anaknya.
·
Memupuk
kesanggupan untuk menolong diri sendiri dalam mengatasi masalah.
·
Untuk
mengembangkan potensi/bakat anak yang ada.
·
Membimbing
untuk mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitarnya.
·
Membimbing
kepada kepada ketaatan dan kasih, nilai-nilai, agama dan moral
Lingkungan sekolah Lingkungan sekolah seharusnya juga dapat
berkontribusi untuk penanggulangan
kenakalan remaja dengan menciptakan suasana
belajar yang dapat memicu kreatifitas dari murid-murid secara lebih
sehingga potensi remaja dalam melakukan penyimpangan dapat tercegah dengan
kegiatan yang lebih bermanfaat di sekolah. Lebih lanjut sekolah pun juga
berkoordinasi dengan orang tua murid untuk saling memantau apa yang dilakukan
murid sehingga jika ada indikasi
penyimpangan akan cepat tertangani. 3.
Masyarakat
Untuk masyarakat walaupun di masa era postmodern ini, fungsi masyarakat
terganggu oleh budaya individualis, namun meski
begitu masyarakat perlu lah tetap disosialisasikan untuk
kemungkinan-kemungkinan yang tidak terduga. Sehingga masyarakat perlu bertindak
pengawasan dan tindakan yang tegas jika
memang diperlukan untuk dapat mencegah adanya kenakalan remaja.
KESIMPULAN
Berikut
point-point dari pembahasan kali ini, untuk kesimpulannya:
1. Remaja adalah masa di mana seorang individu
mengalami peralihan dari masa anak-anak menuju ke dewasa.
2. Kaitannya masa remaja disebut sebagai masa
yang rawan adalah ancaman yang mengintai anak yang beranjak remaja yaitu
kenakalan remaja‟.
Kenakalan tadi bisa disebut sebuah
penyimpangan yang dilakukan oleh anak remaja yang mengakibatkan masalah dalam
masyarakat.
3. Kenakalan remaja di sebabkan oleh dua hal
utama yaitu factor internal psikologis dari remaja dan juga factor eksternal kondisi
sosiologis atau lebih kepada lingkungan.
4. Paradigma yang relevan untuk permasalah
kenakalan remaja adalah fakta sosial dam tindakan sosial.
5. Penanggulanga kenakalan remaja dapat
dilakukan dari segi sosiologis yaitu dengan tiga hal utama yang harus
diperhatikan keadaan keluarga, lingkungan sekolah dan masyarakat
SARAN
Sebagai mahasiswa penulis menyarankan agar seluruh elemen masyarakat
untuk turut serta berpartisipasi dalam pengawasan terhadap remaja. Penulis
mengharapkan tidak hanya keluarga dan sekolah saja yang melakukan pengawasan
itu, namun seharusnya masyarakat juga peka terhadap lingkungan sekitar,
sehingga kenakalan remaja bisa ditanggulangi secara lebih baik dan di cegah.
Tidak hanya itu penulis juga menyarankan untuk ada nya sosialisasi yang lebih
baik dari sekolah dan pemerintah pada remaja agar tidak melakukan tindakan
penyimpangan.
Sumber :
0 komentar :
Posting Komentar